Dosen :
Deasy Dwi Handayani
Nama :
Syifa Farihah
NPM :
26215780
Kelas :
1EB07
Universitas Gunadarma
2015
Pembudidayaan Jamur
Tiram
Jamur tiram putih berwarna
putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14 cm. Jamur ini memiliki miselium.
Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari
budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga
pasca panen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami
sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman.
Ø
Persiapan Penanaman Jamur Tiram
Sebelum melakukan
penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia,
diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan
budidaya. (Bisa Anda lihat di artikel Persiapan Usaha Budidaya Jamur Tiram).
Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit bersertifikat yang dapat dibeli
dari petani lain atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya jamur tiram
cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah
dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni
dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya.
Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media
merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini
mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu
membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk
budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan
lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia
nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk
gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen
jamur tiram. Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang
dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media
tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk
mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian
kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos
terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara
menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan
berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif bahan yang bisa
digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah berbagai macam ampas, misal ampas
kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, berdasarkan pengalaman
petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk digunakan tetap
serbuk gergaji kayu. Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi
sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli
dedak dan tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih
baru. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi
yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung memberikan
kualitas hasil jamur yang sama karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut
mirip. Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien karena bisa memangkas
biaya dan cenderung mudah dicari karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH.
Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium
jamur yang juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk
meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas (PE 0,002)
berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100
kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur
(CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi
baglog.
Sterilisasi Bahan Sebelum
dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C. Dengan sterilisasi
tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi juga menguranngi
kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih
kering. Kedua bahan tersebut kemmudian dicampur dan diberi air sekitar 50—60%
hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan
nutrisi oleh miselium. Air yang digunakan harus air bersih untuk mengurangi
resiko kontaminasi organisme lain dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam
plastik, media harus benar-benar padar agar jamur yang dihasilkan bisa banyak.
Jadi pastikan bahwa bahan-bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara
menekan—nekan adonan hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong
dipasang cincin paralon dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat
kapas dan diikat dengan karet
Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan
dengan cara memasukkan baglog ke dallam autoclave atau pemanas/steamer dengan
suhu 121 derajat C selama 15 menit. Untuk mengganti penggunaan autoclave atau
streamer, dapat menggunakan drum dengan kapasitas besar atau mampu menampung
sekitar 50 baglog dan dipanasi di atas kompor minyak atau dapat juga
menggunakan oven. Memang, sterilisasi baglog menggunakan drum memakan waktu
lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi dianggap lebih menghemat biaya. Setelah
proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni dengan mematikan
alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi sedikit. Setelah
proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit jamur.
Ø
Penanaman dan Pemeliharaannya
Salah satu penentu
keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam melakukan proses
budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini karena
kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk
penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu, lantai dan dindingnya
dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga
harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin.
Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan
masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram
hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga suhu dan kelembaban ruang agar
tetap pada standar yang dibutuhkan. Jika cuaca lebih kering, panas, atau
berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kumbung sehingga
air cepat menguap. Bila demikian, sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan.
Jika suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit
tumbuh atau bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di
dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat
dilakukan dengan cara menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang
kencang. Sirkulasi dapat dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan
normal. Namun, yang terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara
segar.
Tumbuhnya Cendawan/ Jamur lain
Jamur
lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp.,
Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan
jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium
berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat.
Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau
bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena
lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau
karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini,
lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga
kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan.
Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup.
Jika baglog sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara
dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.
Tangkai Memanjang. Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
Tangkai Memanjang. Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
Ø
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan
merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan oleh pelaku usaha. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama panen dan pasca panen
harus dilakukan dengan baik.
Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis
tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram dapat
dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah pembibitan atau setelah tubuh buah
berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tubuh buah terbentuk.
Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai pula dengan
meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria jamur yang layak untuk dipanen adalah
jamur yang berukuran cukup besar dan bertepi runcing tetapi belum mekar penuh
atau belum pecah. Jamur dengan kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya
keseragaman berat dan ukuran jamur tiram.
Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan
usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk menciptakan hasil akhir yang
berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Berikut beberapa tahapan
agar produk jamur tiram yang dihasilkan berkualitas baik.
Penyortiran
Jamur yang telah dipanen
harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian tubuh buahnya dipisahkan
deri pangkalnya. Proses pencucian dan pemisahan ini penting untuk dilakukan
karena bila selama proses budidaya petani menggunakan pestisida, biasaya racun
pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan masih memungkinkan terdapat
residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini kebersihannya, proses
sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram berdasarkan bentuk dan
ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang seragam sehingga akan
menarik minat konsumen saat dipasarkan.
Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram
segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada
di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan. Namun,
idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan
kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar
yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak
boleh terlalu lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan
cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
sumber:
https://penjagagunung.wordpress.com/2013/05/30/teknik-dan-cara-budidaya-jamur-tiram/
sumber: