ASPEK
HUKUM DALAM EKONOMI
Disusun
Oleh:
NAMA :
SYIFA FARIHAH
NPM :
26215780
KELAS :
2EB06
DOSEN :
TRI DAMAYANTI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
ATA
2015 – 2016
Kasus Kemiskinan di Indonesia
A.
Definisi Kemiskinan
Dalam
kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan
sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu
bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa
neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif
(ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan
suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana mereka
ini tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin
absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,
papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah
hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
Pemahaman utamanya
mencakup:
1.
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan,
dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2.
Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya
dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan
moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini
lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
3.
Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang
ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara
halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
B.
Indikator-Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi
kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator-indikator
kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip
dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,
pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar
lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya
investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual
maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya
sumber daya alam
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata
pencaharian yang berkesinambungan
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik
maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial
(anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin,
kelompok marginal dan terpencil)
C. Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial
Menurut sejarah, keadaan
kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya
perdagangan berkembang dengan sangat pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial
yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkan tarif kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan
masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu
sadarakan kedudukan ekonominya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah
dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila
perbedaan kedudukan ekonomi para warga masyarakat ditentukan secara tegas.
Pada masyarakat modern yang
kompleks, kemiskinan menjadi masalah sosial karena sikap membenci kemiskinan
tersebut. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian, dan
perumahan. Namun karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi
taraf hidupnya yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar di Indonesia,
seperti Jakarta. Seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki radio,
televisi, atau mobil. Sehingga lama kelamaan benda-benda sekunder tersebut
dijadikan ukuran bagi keadaan sosial ekonomi seseorang, yaitu apakah dia miskin
atau kaya. Dengan demikian, persoalannya mungkin menjadi lain, yaitu tidak
adanya pembagian kekayaan yang merata.
D. Penyebab
Kemiskinan
Penyebab kemiskinan
sangat kompleks, sehingga perspektif dalam melihat berdasarkan persoalan real
dalam masyarakat tersebut. Persoalan real dalam masyarakat biasanya karena
adanya kecacatan individual dalam bentuk kondisi dari kelemahan biologis,
psikologis, maupun kultural sehingga dapat menghalanginya untuk memperoleh
peruntungan untuk dapat memajukan hidupnya. Kelompok yang masuk dalam golongan
yang tidak beruntung, yaitu kemiskinan fisik yang lemah, kerentaan, keterisolasian
dan ketidakberdayaan.
Pada umumnya di
Negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di
Indonesia
Seperti
kita ketahui lapangan pekerjaan yang terdapat di Indonesia tidak seimbang
dengan jumlah penduduk yang ada dimana lapangan pekerjaan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Dengan demikian banyak penduduk di
Indonesia yang tidak memperoleh penghasilan itu menyebabkan kemiskinan di
Indonesia
2. Tidak meratanya pendapatan penduduk Indonesia
Pendapatan
penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relative
tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di
Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini yang diusebut tidak meratanya
pendapatan penduduk di Indonesia.
3. Tingkat kelahiran yang tinggi
Tingkat kelahiran yang tinggi ini juga dapat memicu
terjadinya kemiskinan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran
biaya yang lebih besar, sehingga dapat dimungkinkan harta kekayaannya lama
kelamaan akan terkuras. Namun hal ini berbeda untuk kelompok sosial yang
memiliki penghasilan yang cukup bahkan lebih atau tetap. Mereka menganggap
masih mampu menghidupi anggota keluarganya. Maka mereka tidak dianggap sebagai
kelompok sosial miskin. Hal ini tampak sebagian besar di kota-kota besar.
4. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
Banyak
masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendidikan yang di butuhkan oleh
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja. Dan pada umumya untuk memperoleh
pendapatan yang tinggi diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi pula atau
minimal mempunyai memiliki ketrampilan yang memadai dehingga dapat memp[eroleh
pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dehari-hari sehingga kemakmuran penduduk
dapat terlaksana dengan baik dan kemiskinan dpat di tanggulangi
5. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita
secara global.
Yang
penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau
produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik.
Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan
per-kapita akan turun beriringan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan
standar perkembangan pendapatan per-kapita:
a. Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b. Politik ekonomi yang tidak sehat.
c. Faktor-faktor luar negeri yaitu: beban hutang,
rusaknya syarat perdangangan, dan perang
6. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat
jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh
karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus
didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan
yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
7. Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak
tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak
adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah
konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena
kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan
banyaknya pengangguran.
8. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang
merata.
Hal
ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan
untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan
warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
9. Kurangnya perhatian dari pemerintah
Masalah
kemiskinan bisa dibilang menjadi maslah Negara yang semakin berkembang setiap
tahunnya dan pemerintah sampai sekarang belum mampu mengatasi masalah tersebut.
Kureangnya perhatian pemerintah akan maslah ini mungkin menjadi salah satu
penyebnya.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
·
penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
·
penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
·
penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
·
penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi;
·
penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
E. Perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia
Bagaimana perkembangan tingkat
kemiskinan di Indonesia? Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
meluncurkan laporan tahunan Pembangunan manusia (Human Development Report) 2006
yang bertajuk Beyord scarcity; power, poverty dan the global water. Laporan ini
menjadi rujukan perencanaan pembangunan dan menjadi salah satu Indikator
kegagalan atau keberhasilan sebuah negara menyejahterakan rakyatnya. Selama
satu dekade ini Indonesia berada pada Tier Medium Human Development peringkat
ke 110, terburuk di Asia Tenggara setelah Kamboja.
Jumlah kemiskinan dan persentase
penduduk miskin selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun, meskipun ada
kecenderungan menurun pada salah satu periode (2000-2005). Pada periode
1996-1999 penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta, yaitu dari 34,01
juta(17,47%) menjadi 47,97 juta (23,43%) pada tahun 1999. Kembali cerah ketika
periode 1999-2002, penduduk miskin menurun 9,57 juta yaitu dari 47,97 (23,43%)
menurun menjadi 38,48 juta (18,20%). Keadaan ini terulang ketika periode
berikutnya (2002-2005) yaitu penurunan penduduk miskin hingga 35,10 juta pada
tahun 2005 dengan presentasi menurun dari 18,20% menjadi 15,97 %. Sedangkan
pada tahun 2006 penduduk miskin bertambah dari 35,10 juta (15,97%) menjadi
39,05 juta (17,75%) berarti penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta
(1,78%).
Adapun laporan terakhir, Badan Pusat
Statistika ( BPS ) yang telah melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) pada bulan Maret 2007 angka resmi jumlah masyarakat miskin adalah
39,1 juta orang dengan kisaran konsumsi kalori 2100 kilo kalori (kkal) atau
garis kemiskinan ketika pendapatan kurang dari Rp 152.847 per-kapita per bulan.
F. Dampak yang ditimbulkan dari Kemiskinan.
Masalah kemiskinan yang terjadi akan menimbulkan
dampak atau akibat yang dapat terjadi yaitu meningkatnya pengangguran yang berkaitan juga dengan tingkat kriminalitas. Kriminalitas yang sering terjadi antara lain adalah
pencurian, pencopetan, perampokan, dan lain-lain. Alasan mereka melakukan hal
itu adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena mereka tidak mempunyai
penghasilan atau tidak
mempunyai pekerjaan untuk mencukupi kebutuhannya. Seseorang cenderung melakukan apa saja
jika terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik itu dengan cara halal
maupun tidak. Sehingga tingkat kriminalitas meningkat dan pengangguran banyak.
Selain
itu kemiskinan juga dapat menyebabkan tingkat kesehatan dan Sumber Daya
Manusia (SDM) semakin rendah. Hal ini terjadi karena masyarakat miskin
cenderung kesulitan pula dalam memenuhi kebutuhan makan mereka. Sehingga
kandungan gizi yang ada pada makanan yang biasa dikonsumsinya setiap hari kurang, atau bahkan sudah tidak layak
konsumsi. Akibatnya, kesehatan mereka terganggu dan tingkat kesehatannya
semakin menurun.
Sementara tingkat SDM atau pendidikan yang dimiliki
oleh masyarakat miskin yang semakin menurun, dapat disebabkan karena mereka
sulit untuk bersekolah atau menyekolah anak mereka (sebagai orang tua),
sehingga pendidikan mereka pun tidak jauh berbeda dengan orang tua mereka. Padahal
pemerintah juga telah banyak menetapkan peraturan dan program-program yang
bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan agar masyarakat miskin masih tetap
bisa bersekolah atau menerima pendidikan hingga di Perguruan Tinggi sekalipun.
Namun mungkin semua itu tetap terjadi karena beberapa di antara bantuan yang
diberikan kepada masyarakat miskin tidak tepat sasaran.
G. Peran pemerintah menanggulangi kemiskinan di Indonesia
Dalam rangka menaggulangi
kemiskinan pemerintah perlu membuat
ketegasan dan kebijakan yang lebih membumi dalam menyelesaikan masalah
kemiskinan ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan diantaranya adalah :
1. menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja sehingga mengurangi pengangguran. Karena pengangguran adalah salah satu
sumber penyebab kemiskinan terbesar di indonesia.
2. Memberikan subsidi pada kebutuhan pokok manusia, sehingga setiap
masyarakat bisa menikmati makanan yang berkualitas. Hal ini berdampak pada
meningkatnya angka kesehatan masyarakat.
3. Menghapuskan korupsi. Sebab korupsi adalah salah satu penyebab
layanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang
kemudian menjadikan masyarakat tidak bisa menikmati hak mereka sebagai warga
negara sebagaimana mestinya.
4. Menggalakkan program zakat. Di indonesia, islam adalah agama
mayoritas. Dan dalam islam ajaran zakat diperkenalkan sebagai media untuk
menumbuhkan pemerataan kesejahteraan di antara masyarakat dan mengurangi
kesenjangan kaya-miskin. Potensi zakat di indonesia, ditengarai mencapai angka
1 triliun setiap tahunnya. Dan jika bisa dikelola dengan baik akan menjadi
potensi besar bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat.
5. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini
bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi
kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras.
6. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar.
Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan
pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar
7. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan
optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta
memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk
miskin.
H. Kesimpulan
Kemiskinan
adalah salah satu masalah sosial yang besar di Indonesia. Masalah kemiskinan adalah
masalah kita bersama. Sebagai masalah sosial, kemiskinan harus segera diatasi karena menimbulkan beberapa dampak bagi
masyarakatnya, seperti: menurunya tingkat kesehatan karena keterbatasan
kemampuan untuk berobat, menurunya pendidikan anak bangsa.karena selain
kurangnya biaya untuk menyekolahkan juga pembangunan tidak merata oleh
pemerintah dan masih banyak lagi faktor yang menjadi kurang majunya negara
Indonesia, karena salah satu ciri negara maju yaitu kesejahteraan masyarakatnya
Masalah kemiskinan
tidak
hanya tanggung jawab pemerintah, masalah kemiskinan juga tanggung jawab kita
bersama. Untuk mengatasi masalah ini, seharusnya pemerintah dan masyarakat
saling bekerja sama. Ada beberapa usaha
untuk menanggulangi kasus kemiskinan d Indonesia salah satunya adalah pemerintah selain memberi bantuan berupa uang tunai
atau bahan makanan, namun juga bisa memberikan pengarahan, pembekalan atau ketrampilan tertentu untuk
masyarakat. agar dapat memiliki
kemampuan dan ketrampilan untuk bekerja bahkan
membuat pekerjaan, sehingga mampu menghidupi keluarga tanpa menggantungkan hidupnya pada
pemerintah. Untuk masyarakat
sendiri pun diharapkan mampu melaksanakan program tersebut
dengan sungguh-sungguh, meningkatkan etos kerja, meningkatkan kualitas diri, dan mempunyai tekad
untuk maju tidak pasrah dengan keadaan, Sehingga program
pengentasan kemiskinan yang sudah lama melanda sebagian masyarakat
dapat teratasi.bahkan hilang secara
perlahan.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar