Seorang
Kuli Bangunan yang Tangguh
Setiap hari saat ini
dirumah selalu bising sedang dilakukannya renovasi. Ada 5 pekerja, diantaranya
4 orang sebagai kuli bagunan dan 1 sebagai mandor. Kuli bangunan atau biasa
yang disebut buruh banguanan ini selalu datang tepat waktu pukul 06.30,
istirahat pukul 12.00 dan selesai pukul 17.00 teratur setiap hari. Asep adalah salah
satu nama kuli bangunan yang berkerja di rumahku. dia salah satu kuli bangunan
yang umurnya masih sangat muda dibandingkan yang lainnya. Umurnya masih 17 tahun.
dia berasal dari kota Bandung.
Latar belakang Asep ini
hanya sebatas lulusan SMP. Karena kondisi yang tidak memungkinkan dan juga modal
yang tidak cukup, maka Asep ini tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Perannya
sebagai tulang punggung keluarga mendorong Asep terpaksa untuk mengambil
keputusan merantau demi menghidupi orangtua dan adiknya. Menjadi kuli bangunan adalah ajakan dari
seseorang yang baru dikenalnya saat di Bogor. Berpikir asal mendapatkan uang
dengan halal agar bisa mengirimkan uang untuk orangtuanya, ia pun akhirnya menerima tawaran itu, walaupun
kadang resikonya mengancam keselamatan dirinya. Dari kejadian itu ia sering
diajak jika ada proyek-proyek seperti: membuat gedung, bangunan, rumah, dan
jembatan. Disaat remaja usia 17 tahun lainnya sekolah, bermain bersama teman,
bahkan hidup enak, dan bisa nongkrong dengan memegang rokok. Nasib Asep tidak
seberuntung remaja-remaja lainnya. Belum lagi setiap melihat adikku yang
kebetulan umurnya sama dengannya bisa bersekolah yang seharusnya adalah
kewajiban seusianya.
Dalam bekerja Asep ini
tidak banyak bicara, mengobrol, atau kebanyakan duduk seperti yang lainnya.
Asep selalu fokus dengan kerjaan yang sedang dikerjakan dan berbicara jika
diperlukan. Jika aku tidak sedang kuliah aku mengawasi pekerjaan Asep dan kuli
bangunan lainnya. Sedih melihatnya, seharusnya belum waktunya ia untuk
memikirkan uang. Hujan dan teriknya panas ia lalui tak kenal lelah demi
kelangsungan hidupnya. Keringat bercucuran bukti bahwa kesungguhannya dalam berkerja.
Aku yakin Asep punya alasan dan impian dibalik kerjanya yang selalu fokus tanpa
peduli dengan apapun.
Dalam kehidupan ini
semua mahluk hidup sudah dikasih rezekinya masing-masing oleh Sang Pencipta,
dan kecukupan rezeki tersebut tergatung cara kita mensyukurinya. Kehidupan
orang lain tidak harus sama dengan kita, dalam hal seperti ini kita tidak
diperbolehkan selalau menoleh ke atas, tetapi menolehlah ke bawah, masih banyak
orang diluar sana tidak seberuntung kita dan masih membutuhkan bantuan tangan kita.
Jika ingin menempuh kesuksesan berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Aku
yang umurnya lebih tua dari Asep belom dapat menghasilkan uang untuk orangtua.
Tetapi dalam hati setiap anak salah satu impiannya adalah membahagiakan kedua
orangtuanya hingga meneteskan air mata kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar